PENJELASAN DAN PENERAPAN
SUSTAINABLE’S
FORMULA
Sustainable’s Formula
:
T=
W – D
T : Throughput,
(W-D)
W : Welfare
(Kesejahteraan)
D : Environment
Damage (Kerusakan Lingkungan)
Untuk memperoleh T (Throughput) yang maksimal, maka dengan
cara memaksimalkan/mencukupi W (Welfare) dan
meminimalkan D (Environment Damage).
W(Welfare) à safety, relief, health, comfort, sence
Welfare
dapat
diartikan sebagai suatu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, kebutuhan, sesuatu
yang mampu mencukupi kehidupan manusia. Maka Welfare ini harus tercapai dan maksimal agar dapat memperoleh
keluaran hasil (T) yang memuaskan kehidupan manusia. Berikut merupakan hal-hal
apa sajakah yang mempengaruhi kualitas kehidupan manusia :
Dalam bidang
arsitektur, Welfare yang harus
dimaksimalkan adalah pada kualitas dan kenyamanan pengguna dalam bangunan.
Adapun aspek yang harus dipertimbangkan dalam mendesain demi tercapainya Welfare yang maksimal adalah:
D(Environment
Damage)
à energy, CO2, cost
Environment
Damage dapat diartikan sebagai suatu kerusakan
lingkungan. Kerusakan yang dimaksud adalah adanya efek negatif ataupun
pencemaran yang dihasilkan dari adanya suatu usaha untuk memperoleh hasil (T).
Dapat diartikan sebagai suatu pemborosan energi ataupun hasil dari pemakaian
sumber daya alam yang kurang bijak.
Dalam
bidang arsitektur dan pembangunan, perlu kita sadari bahwa adanya gedung-gedung merupakan salah satu
penyumbang terbesar pemanasan global di bumi ini. Gedung
– Gedung yang ada di seluruh dunia
menyumbang 33% emisi karbondioksida. Bangunan yang tidak ekologis merupakan salah satu penyebab tingginya
kerusakan terhadap lingkungan. Maka untuk memperkecil nilai D(Environment Damage) ini, perlu adanya kesadaran untuk membangunan bangunan
yang ekologis serta memperhatikan keberlanjutan suatu bangunan. Berikut ini
merupakan hal-hal yang mempengaruhi adanya kerusakan lingkungan dan perlu
diperhatikan:
SUSTAINABLE
BUILDING
Basic Eco-Design Standart
Asas-asas pembangunan berkelanjutan
yang ekologis dapat dibagi dua:
- Asas yang
menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan,
- Asas yang
menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka 4 asas
pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
ASAS
1 : Menggunakan
bahan baku alam tidak lebih cepat dari alam mampu membentuk
penggantinya.
Prinsip-prinsip : Meminimalkan penggunaan bahan baku;
Mengutamakan penggunaan bahan terbarukan dan
bahan
yang dapat digunakan kembali;
yang dapat digunakan kembali;
Meningkatkan efisiensi.
ASAS
2 : Menciptakan
sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi
terbarukan.
Prinsip-prinsip : Menggunakan energi surya;
Meminimalkan pemborosan.
ASAS
3 : Melakukan
recycle material (potongan, sampah,
dsb);
Menggunakan bahan mentah untuk memproduksi
bahan lain.
Menggunakan bahan mentah untuk memproduksi
bahan lain.
Prinsip-prinsip : Meniadakan pencemaran;
Menggunakan bahan organik yang dapat
dikomposkan;
Menggunakan kembali;
Mengolah kembali bahan bangunan yang digunakan.
ASAS
4 : Meningkatkan
penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.
Prinsip-prinsip :
Memperhatikan peredaran dan rantai bahan dan prinsip
pencegahan;
Menyediakan bahan dengan rantai bahan yang pendek,
dan bahan yang dapat mengalami perubahan sederhana;
Melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
Menyediakan bahan dengan rantai bahan yang pendek,
dan bahan yang dapat mengalami perubahan sederhana;
Melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
Studi
Kasus : NATURA
RESORT AND SPA
Natura
Hotel Spa and Resort ini merupakan proyek bangunan yang
ramah lingkungan. Karya dari Popo Danes ini mendapat penghargaan pemenang pertama kategori bangunan tropis
untuk karyanya, Natura Resort and Spa.
Nama Proyek : Natura Hotel Spa and Resort
Lokasi : Ubud, Bali
Luas bangunan : 7.250 m2
Client : PT. NUSA DEWA NATURA
Architect : Popo
Danes Architect
M&E Engineers : Popo Danes Architect
C&S Engineers : PT. Wayan
Konstruksi
Year
of Planning : 1999
Untuk menyiasati pengeluaran
energi yang besar, Popo berusaha menciptakan bangunan yang secara optimal dapat
menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan
membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat
dengan iklim lokal yang panas dan lembab. Pertama dengan membuat lay out bangunan yang menyebar di dalam
tapak. Bangunan kecil-kecil dan menyebar ini membuat tiap-tiap bangunan dapat
"bernapas" dengan leluasa. Kemudian juga diciptakan bukaan-bukaan
berupa jendela dan pintu yang besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi
ventilasi silang. Jendela besar ini juga memasukkan sinar matahari sehingga
ruang tidak memerlukan penerangan buatan di siang hari.
Selain konsep bangunan
berarsitektur tropis, Popo disini juga mencoba mempertahankan alam semaksimal
mungkin. Kondisi tanah lembah curam yang selayaknya menyulitkan perancangan
arsitektur tidak ia ratakan untuk mendapatkan tanah datar secara instan,
melainkan dipertahankan dengan membuat bangunan berkonstruksi panggung dengan
lantai yang melayang atau tidak menyentuh tanah. Dengan cara ini, permukaan
tanah di bawah bangunan masih dapat menyerap air dengan baik. Tumbuh-tumbuhan
juga tetap dipertahankan keberadaannya, dan bangunan dirancang di sela-sela
pohon yang ada. Selain mempertahankan vegetasi, cara ini juga membuat pohon
berfungsi sebagai "payung alam" yang melindungi bangunan dari terik
sinar matahari sehingga ruang interior menjadi sejuk karena selalu terlindung
di bawah daun-daun yang rindang.
ANALISIS TAPAK
ü
Permukaan
tanah dibawah bangunan à
mampu menyerap air dengan baik.
ü
Vegetasi
berupa pohon-pohon à
tetap dipertahankan, membersihkan
udara.
ü
Pohon
à sebagai payung alam.
ü
Bangunan à berada disela-sela pohon yang
ada.
Berdasarkan gambar diatas,
dapat dikatakan kondisi tapak sebelum dan sesudah adanya bangunan tersebut
tidak banyak berubah. Desain dan proses pembangunan justru mengikuti bentuk
tapak yang ada. Hal ini sesuai dengan asas pembangunan berkelanjutan dimana
adanya kesadaran untuk menjaga alam dan lingkungan disekitar bangunan. Alam
merupakan sumber daya yang harus dijaga kelestariannya, seperti contohnya
pepohonan di sekitar bangunan di atas.
Resort
yang berada di Desa Laplapan Petulu, Ubud, dengan luas tanah 1,7 hektar
dirancang menjadi bangunan penginapan berupa 14 compound villa yang tiap-tiap vilanya memiliki kolam tersendiri.
Selain itu, resort ini juga dilengkapi fasilitas lain, seperti sebuah restoran,
kolam renang bersama, serta spa. Total luas bangunannya adalah sekitar 7.250
meter persegi atau sekitar 26 persen dari 30 persen koefisien bangunan yang diizinkan
di kawasan ini.
KONSEP PEMANFAATAN
VENTILASI DAN PENCAHAYAAN
Konsep tropis yang diterapkan
pada desainnya membuat desain bukaan-bukaan berupa jendela dan pintu yang
besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi ventilasi silang. Jendela besar
ini juga memasukkan sinar matahari sehingga ruang tidak memerlukan penerangan
buatan di siang hari. Natura memanfaatkan iklim alam dengan memaksimalkan
ventilasi alami sehingga dapat meminimalkan penggunaan sistem Air Conditioner (AC). Pada kamar-kamar hotelnya
terdapat AC, tetapi hanya di kamar-kamar VIP saja, area yang membutuhkannya.
Sistem pengaliran listrik dibuat paralel sehingga terpisah, bila tidak
digunakan dapat dimatikan secara terpisah. Hal ini akan menghemat energi
listrik pada bangunan. Sehingga tercapai pemanfaatan listrik yang seperlunya
saja. Indeks energi efisiensi 61,2 KWh/m2 per tahun, berdasarkan luas area yang
AC nya terpakai.
Dalam desainnya, Natura
menerapkan jalur sirkulasi yang hemat energi, yaitu berupa jembatan menurun sepanjang
80 m dengan lebar 3 m, untuk mengatasi perbedaan ketinggian kontur yang ada.
Hal ini lebih hemat energi bila dibandingan harus menggunakan lift / elevator.
ü
Total
area for air condition: 56.5 m2
ü
Total
Floor area: 153 m2
ü
The
percentage Air Conditioned area to Total Area: 36.9 %
ü
Total
Gross floor area: 1,712.6 m2
ü
Total
combined area: 2,655.7 m2
ü
Air-conditioned
area: 915.1 m2
ü
The
percentage: 34.45 %
Natura
Hotel and Resort menghadap ke Utara, hal ini merupakan
solusi dari arah pergerakan matahari. Memaksimalkan keberadaan matahari sebagai
sumber pencahayan saat siang hari. Garis Hijau pada gambar menunjukkan arah
arus sirkulasi udara pada setiap ruang dalam bangunan Natura Hotel Spa and Resort.
Analisis
Penggunaan Material
Bahan
bangunan yang dipakai oleh bangunan ini alami dengan sumber lokal, sesuai
penerapan arsitektur hijau yang terpadu dengan alam tempat ia berdiri.
Material
yang digunakan antara lain :
ü Alang-alang
yang digunakan untuk material atap bangunan.
Penggunaan
alang-alang setebal 30 cm mampu meredam panas.
ü Sedangkan kantilevernya atau overstek atap memberikan perlindungan bagi dinding bangunan
terhadap sinar matahari.
Untuk material dinding
menggunakan batu bata yang mampu mengurangi panas sebanyak 20% sehingga ruang
di dalamnya terasa lebih sejuk.
KESIMPULAN
Bangunan NATURA RESORT AND SPA merupakan salah satu contoh dari penerapan rumus
Sustainable yang berhasil memperoleh nilai T yang tinggi, dengan
mencukupkan/memaksimalkan nilai W dan meminimalkan nilai D.
“selamatkanlah
bumi kita.....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar