Kamis, 15 September 2011

-SUSTAINABLE DEVELOPMENT-


PENJELASAN DAN PENERAPAN
SUSTAINABLE’S FORMULA

Sustainable’s Formula :
T= W – D

T        : Throughput, (W-D)
W       : Welfare (Kesejahteraan)
D        : Environment Damage (Kerusakan Lingkungan)

Untuk memperoleh T (Throughput) yang maksimal, maka dengan cara memaksimalkan/mencukupi W (Welfare) dan meminimalkan D (Environment Damage).

W(Welfare) à safety, relief, health, comfort, sence
Welfare dapat diartikan sebagai suatu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, kebutuhan, sesuatu yang mampu mencukupi kehidupan manusia. Maka Welfare ini harus tercapai dan maksimal agar dapat memperoleh keluaran hasil (T) yang memuaskan kehidupan manusia. Berikut merupakan hal-hal apa sajakah yang mempengaruhi kualitas kehidupan manusia :


Dalam bidang arsitektur, Welfare yang harus dimaksimalkan adalah pada kualitas dan kenyamanan pengguna dalam bangunan. Adapun aspek yang harus dipertimbangkan dalam mendesain demi tercapainya Welfare yang maksimal adalah:


D(Environment Damage) à energy, CO2, cost
Environment Damage dapat diartikan sebagai suatu kerusakan lingkungan. Kerusakan yang dimaksud adalah adanya efek negatif ataupun pencemaran yang dihasilkan dari adanya suatu usaha untuk memperoleh hasil (T). Dapat diartikan sebagai suatu pemborosan energi ataupun hasil dari pemakaian sumber daya alam yang kurang bijak. 

Dalam bidang arsitektur dan pembangunan, perlu kita sadari bahwa adanya gedung-gedung merupakan salah satu penyumbang terbesar pemanasan global di bumi ini. Gedung – Gedung yang ada di seluruh dunia menyumbang 33% emisi karbondioksida. Bangunan yang tidak ekologis merupakan salah satu penyebab tingginya kerusakan terhadap lingkungan. Maka untuk memperkecil nilai D(Environment Damage) ini, perlu adanya kesadaran untuk membangunan bangunan yang ekologis serta memperhatikan keberlanjutan suatu bangunan. Berikut ini merupakan hal-hal yang mempengaruhi adanya kerusakan lingkungan dan perlu diperhatikan:



SUSTAINABLE BUILDING
Basic Eco-Design Standart


Asas-asas pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi dua:
  1. Asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan,
  2. Asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, maka 4 asas pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:

ASAS 1                   : Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari alam mampu membentuk penggantinya.

Prinsip-prinsip         : Meminimalkan penggunaan bahan baku;
                               Mengutamakan penggunaan bahan terbarukan dan bahan 
                               yang dapat digunakan kembali;
  Meningkatkan efisiensi.

ASAS 2                   : Menciptakan sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.

Prinsip-prinsip         : Menggunakan energi surya;
                               Meminimalkan pemborosan.

ASAS 3                   : Melakukan recycle material (potongan, sampah, dsb); 
                               Menggunakan bahan mentah untuk memproduksi 
                               bahan lain.


Prinsip-prinsip         : Meniadakan pencemaran;
                               Menggunakan bahan organik yang dapat dikomposkan;
                               Menggunakan kembali;
                               Mengolah kembali bahan bangunan yang digunakan.


ASAS 4                   : Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.

Prinsip-prinsip         : Memperhatikan peredaran dan rantai bahan dan prinsip   
                               pencegahan;
Menyediakan bahan dengan rantai bahan yang pendek,
dan bahan yang dapat mengalami perubahan sederhana;
Melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
                              

CONTOH PENERAPAN:
Studi Kasus : NATURA RESORT AND SPA




Natura Hotel Spa and Resort ini merupakan proyek bangunan yang ramah lingkungan. Karya dari Popo Danes ini mendapat penghargaan  pemenang pertama kategori bangunan tropis untuk karyanya, Natura Resort and Spa.

Nama Proyek          :     Natura Hotel Spa and Resort
Lokasi                    :     Ubud, Bali
Luas bangunan        :     7.250 m2
Client                    :     PT. NUSA DEWA NATURA
Architect                :     Popo Danes Architect
M&E Engineers        :     Popo Danes Architect
C&S Engineers         :     PT. Wayan Konstruksi
Year of Planning     :     1999



Untuk menyiasati pengeluaran energi yang besar, Popo berusaha menciptakan bangunan yang secara optimal dapat menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat dengan iklim lokal yang panas dan lembab. Pertama dengan membuat lay out bangunan yang menyebar di dalam tapak. Bangunan kecil-kecil dan menyebar ini membuat tiap-tiap bangunan dapat "bernapas" dengan leluasa. Kemudian juga diciptakan bukaan-bukaan berupa jendela dan pintu yang besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi ventilasi silang. Jendela besar ini juga memasukkan sinar matahari sehingga ruang tidak memerlukan penerangan buatan di siang hari.
Selain konsep bangunan berarsitektur tropis, Popo disini juga mencoba mempertahankan alam semaksimal mungkin. Kondisi tanah lembah curam yang selayaknya menyulitkan perancangan arsitektur tidak ia ratakan untuk mendapatkan tanah datar secara instan, melainkan dipertahankan dengan membuat bangunan berkonstruksi panggung dengan lantai yang melayang atau tidak menyentuh tanah. Dengan cara ini, permukaan tanah di bawah bangunan masih dapat menyerap air dengan baik. Tumbuh-tumbuhan juga tetap dipertahankan keberadaannya, dan bangunan dirancang di sela-sela pohon yang ada. Selain mempertahankan vegetasi, cara ini juga membuat pohon berfungsi sebagai "payung alam" yang melindungi bangunan dari terik sinar matahari sehingga ruang interior menjadi sejuk karena selalu terlindung di bawah daun-daun yang rindang.


ANALISIS TAPAK
ü    Permukaan tanah dibawah bangunan à mampu menyerap air dengan baik.
ü    Vegetasi berupa pohon-pohon à tetap dipertahankan, membersihkan
udara.
ü    Pohon à sebagai payung alam.
ü    Bangunan à berada disela-sela pohon yang ada.


Berdasarkan gambar diatas, dapat dikatakan kondisi tapak sebelum dan sesudah adanya bangunan tersebut tidak banyak berubah. Desain dan proses pembangunan justru mengikuti bentuk tapak yang ada. Hal ini sesuai dengan asas pembangunan berkelanjutan dimana adanya kesadaran untuk menjaga alam dan lingkungan disekitar bangunan. Alam merupakan sumber daya yang harus dijaga kelestariannya, seperti contohnya pepohonan di sekitar bangunan di atas.

Resort yang berada di Desa Laplapan Petulu, Ubud, dengan luas tanah 1,7 hektar dirancang menjadi bangunan penginapan berupa 14 compound villa yang tiap-tiap vilanya memiliki kolam tersendiri. Selain itu, resort ini juga dilengkapi fasilitas lain, seperti sebuah restoran, kolam renang bersama, serta spa. Total luas bangunannya adalah sekitar 7.250 meter persegi atau sekitar 26 persen dari 30 persen koefisien bangunan yang diizinkan di kawasan ini.

KONSEP PEMANFAATAN VENTILASI DAN PENCAHAYAAN
Konsep tropis yang diterapkan pada desainnya membuat desain bukaan-bukaan berupa jendela dan pintu yang besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi ventilasi silang. Jendela besar ini juga memasukkan sinar matahari sehingga ruang tidak memerlukan penerangan buatan di siang hari. Natura memanfaatkan iklim alam dengan memaksimalkan ventilasi alami sehingga dapat meminimalkan penggunaan sistem Air Conditioner (AC). Pada kamar-kamar hotelnya terdapat AC, tetapi hanya di kamar-kamar VIP saja, area yang membutuhkannya. Sistem pengaliran listrik dibuat paralel sehingga terpisah, bila tidak digunakan dapat dimatikan secara terpisah. Hal ini akan menghemat energi listrik pada bangunan. Sehingga tercapai pemanfaatan listrik yang seperlunya saja. Indeks energi efisiensi 61,2 KWh/m2 per tahun, berdasarkan luas area yang AC nya terpakai. 



Dalam desainnya, Natura menerapkan jalur sirkulasi yang hemat energi, yaitu berupa jembatan menurun sepanjang 80 m dengan lebar 3 m, untuk mengatasi perbedaan ketinggian kontur yang ada. Hal ini lebih hemat energi bila dibandingan harus menggunakan lift / elevator.

ü  Total area for air condition: 56.5 m2
ü  Total Floor area: 153 m2
ü  The percentage Air Conditioned area to Total Area: 36.9 %
ü  Total Gross floor area: 1,712.6 m2
ü  Total combined area: 2,655.7 m2
ü  Air-conditioned area: 915.1 m2
ü  The percentage: 34.45 %
 


Natura Hotel and Resort menghadap ke Utara, hal ini merupakan solusi dari arah pergerakan matahari. Memaksimalkan keberadaan matahari sebagai sumber pencahayan saat siang hari. Garis Hijau pada gambar menunjukkan arah arus sirkulasi udara pada setiap ruang dalam bangunan Natura Hotel Spa and Resort.

Analisis Penggunaan Material
Bahan bangunan yang dipakai oleh bangunan ini alami dengan sumber lokal, sesuai penerapan arsitektur hijau yang terpadu dengan alam tempat ia berdiri.

Material yang digunakan antara lain :
ü    Alang-alang yang digunakan untuk material atap bangunan.  Penggunaan alang-alang setebal 30 cm mampu meredam panas.
ü    Sedangkan kantilevernya atau overstek atap memberikan perlindungan bagi dinding bangunan terhadap sinar matahari.
Untuk material dinding menggunakan batu bata yang mampu mengurangi panas sebanyak 20% sehingga ruang di dalamnya terasa lebih sejuk.
KESIMPULAN
Bangunan NATURA RESORT AND SPA merupakan salah satu contoh dari penerapan rumus Sustainable yang berhasil memperoleh nilai T yang tinggi, dengan mencukupkan/memaksimalkan nilai W dan meminimalkan nilai D.


“selamatkanlah bumi kita.....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar